Langsung ke konten utama

MITOS YETI, MONSTER SALJU DI HIMALAYA

Di Pegunungan Himalaya, traveler mengenal dongeng Yeti, monster salju yang berkeliaran di kawasan puncak pegunungannya. Tapak kakinya pernah ditemukan, namun belum pernah ada yang melihatnya!

Situs BBC baru-baru ini kembali menguak mitos Yeti dengan judul, 'Is the Himalayan Yeti a real animal?'. Terang saja, cerita tentang Yeti sudah beredar di masyarakat setempat dan jadi perbincangan para pendaki di dunia sejak abad ke-19. Hingga kini, mitos Yeti masih jadi 'bumbu penyedap' bagi mereka yang mau mendaki Pegunungan Himalaya.

Yeti digambarkan berbadan besar, memiliki taring dan berbulu putih yang lebat. Yeti pun memiliki perpaduan badan yang unik, konon campuran dari kera dan manusia.

Dari situs BBC seperti ditengok detikTravel, Senin (6/7/2015) belum diketahui pasti darimana mitos tentang Yeti pertama kali muncul. Namun masyarakat Sherpa yang mendiami kaki Pegunungan Himalaya, sudah mengenal tentang Yeti dari zaman dulu dan menjadi cerita turun temurun dari leluhurnya.

Bagi masyarakat Sherpa, Yeti diyakini sebagai sosok yang buas dan tinggal di kawasan puncak Pegunungan Himalaya. Bahayanya, Yeti memiliki hubungan yang tidak baik dengan manusia. Yeti dan manusia saling membunuh, yang juga membuat masyarakat Sherpa tidak berani jalan sendirian di Pegunungan Himalaya. Mereka pun menyebut Yeti sebagai binatang liar.

Kemudian di abad ke-18 dan 19, mitos tentang Yeti mulai berkembang luas yang sampai-sampai ke kawasan Bhutan, Tiongkok sampai ke pegunungan-pegunungan bersalju di Siberia.

Beberapa ekspedisi dilakukan para pendaki untuk membuktikan kebenaran Yeti. Para pendakinya kebanyakan datang dari negara-negara barat, yang berhasil membujuk masyarakat Serpa untuk bekerja sama berburu Yeti.

Tahun 1921, seorang penjelajah Inggris, Charles Howard-Bury membuat gempar dunia. Dia mengaku melihat jejak kaki besar setelah petualangannya berpuluhan hari di Pegunungan Himalaya sampai mendaki Puncak Everest. Jejak kaki yang diyakini milik Yeti. Jejak kaki yang bukan seperti jejak kaki manusia!

Charles Howard-Bury pun berpendapat kalau Yeti merupakan manusia-kera. Setelah itu, makin banyaklah para pendaki yang ingin menguak kebenaran mitos Yeti. Mereka berlomba-lomba mendaki Pegunungan Himayala demi bisa melihat monster salju tersebut.

Di tahun 1951, giliran pendaki asal Inggris lainnya, Eric Shipton yang bikin heboh. Dia memotret jejak kaki besar yang ada di atas salju dan lagi-lagi bentuknya bukan seperti tapak kaki manusia.

Di tahun-tahun berikutnya, kemudian makin banyak ditemukan aneka jejak kaki sampai kulit kepala dan tangan yang berukuran raksasa. Mitos tentang Yeti makin menyeruak kencang, bahkan sampai-sampai ada museum tentang Yeti di Seberia.

Namun ternyata, tidak semua pendaki percaya dengan sosok Yeti. Reinhold Messner, seorang pendaki yang pernah menjelajahi Pegunungan Himalaya dan naik ke Puncak Everest justru blak-blakan menyangkal tentang monster salju tersebut.

"Yeti sebenarnya adalah beruang. Semua jejak kakinya adalah jejak kaki beruang. Yeti memang nyata, tapi dia itu beruang," tegasnya.

Apa yang dikatakan Messner, mendapat dukungan dari tim peneliti Universitas Oxford di bawah pimpinan Profesor Bryan Sykes. Dia melakukan uji DNA yang diambil dari tulang dan kulit kepala yang diyakini milik Yeti. Yang diambil, dari Nepal dan Bhutan. Apa hasilnya?

"Yeti merupakan makhluk persilangan antara beruang kutub dan beruang coklat," katanya.

Sampel rambut yang dipercaya milik Yeti, sangat cocok dengan sampel rambut beruang kutub yang berkeliaran di Bumi sekitar 40.000 tahun yang lalu. Yeti, diangap Sykes, merupakan keturunan baru dari nenek moyang beruang kutub. Hasil ini menarik, benar-benar tak terduga dan memberikan kejutan untuknya.

"Saya yakin Yeti adalah beruang kutub yang berkeliaran di Himalaya," ungkap Sykes.

Dia menyampaikan, bisa juga Yeti merupakan sub spesies dari beruang coklat Himalaya yang merupakan nenek moyang dari beruang kutub. Yeti bisa juga lahir dari hasil hibridisasi baru dari beruang coklat dan keturunan dari beruang kutub kuno.

Meski begitu, masih ada lagi pendapat-pendapat lain yang menyebut kalau Yeti merupakan rangkaian evolusi dari kera menjadi manusia. Namun lagi-lagi para peneliti membantahnya, dengan menilai kalau tidak ada bukti kuat keberadaan primata di Pegunungan Himalaya. Bukti kuat tentang pendapat ini pun nihil.

"Jika ada primata di puncak Pegunungan Himalaya, maka mereka harus turun ke hutan subtropis saat musim dingin seperti kera salju di Jepang. Cuaca di sana sangat ekstrem dan bisa membunuh mereka," ujar pendapat Vladimir Dinets, peneliti dari University of Tennessee, AS.

Messner kembali berpendapat, cerita tentang Yeti dibuat leluhur masyarakat Sherpa untuk bertujuan baik. Agar, masyarakatnya tidak sendirian menjelajahi Pegunungan Himalaya disebabkan cuaca, iklim dan medan yang sangat berbahaya. Masyarakat Sherpa juga secara tidak langsung, memilih untuk tinggal secara berdekat-dekatan demi keamanan bersama.

Mitos tetap selamanya menjadi mitos. Dari mitos Yeti juga, desa-desa di sekitar pegunungan Himalaya seperti di Tibet, Tajikistan dan Kirgistan selalu ramai oleh turis yang mau berburu atau mendengar kisah tentang Yeti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MITOS GERHANA BULAN

Fenomena gerhana super blue moon mungkin menarik bagi banyak pihak, tetapi ada juga lho orang-orang yang masih punya kepercayaan terhadap peristiwa ilmiah ini. Seperti 5 mitos gerhana bulan yang masih dipercaya hingga sekarang ini. 1. Ketika gerhana, banyak yang percaya bulan dimakan raksasa atau makhluk magis lainnya pexels.com Tak hanya Indonesia, di berbagai negara lain pun banyak kebudayaan yang percaya bahwa bulan sedang dimakan raksasa atau makhluk magis lainnya saat gerhana. Kalau di Indonesia kita percaya ada Batara Kala, raksasa jahat yang kepalanya gentayangan memakan matahari atau bulan sehingga menyebabkan gerhana. Sementara di Tiongkok, naga sakti yang dipercayai bertanggung jawab atas gerhana. Beberapa kebudayaan lain juga percaya pada makhluk-makhluk magis seperti jaguar atau serigala gaib yang melahap bulan saat gerhana. 2. Konon katanya ada racun yang tersebar ketika gerhana bulan Kepercayaan ini masih hidup di sejumlah daerah di Asia. Katanya ma

FAKTA MENAKJUBKAN AURORA BOREALIS

Bumi kita memang penuh dengan misteri yang menakjubkan, salah satunya adanya fenomena Aurora Borealis. Aurora adalah sebuah fenomena alam berupa pancaran cahaya pada lapisan Ionosfer. Aurora bakal tercipta ketika adanya  interaksi antara medan magnet bumi  dengan partikel-partikel yang terbawa oleh badai matahari. Keajaiban ini bisa dilihat di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan karena 2 lokasi ini memiliki medan magnet yang tinggi. Di balik keindahan Aurora, ada beberapa fakta yang mungkin belum kalian ketahui. Fakta itu antara lain: 1. Aurora dapat menciptakan ilusi Sumber: humansatsea.com Aurora bisa menipu kita dengan ilusi yang dia ciptakan loh. Orang yang melihat Aurora akan merasa bahwa Aurora dekat sekali. Padahal kenyataannya,Aurora terjadi di lapisan Ionosfer bumi, yang artinyaa....jarak pandang mata manusia sama Aurora itu sejauh 90km. 2. Bisa dilihat dari ruang angkasa Sumber: vimeocdn.com Tidak hanya mereka yang ada di bumi saja yang dapat menikmati ke

FAKTA UNIK ISLANDIA, NEGARA PALING ATHEIS SEDUNIA

K a lau kalian ingin tahu negara paling tidak percaya tuhan di dunia, maka negara negara skandinavia jawabannya. Dan diantara negara skandinavia, Islandia adalah yg paling atheis diantara negara atheis lainnya Seberapa atheis sih Islandia? 76% penduduk Islandia adalah pemeluk Kristen Lutheran, namun mayoritas tidak mempraktekkan agamanya (Kristen KTP) . Bahkan hasil polling terbaru di Islandia menunjukkan bahwa 93% warga berusia di bawah 25 tahun tidak percaya jika Tuhan menciptakan bumi Dengan fakta – fakta seperti itu, lantas bagaimana kehidupan mereka? . Apakah hidup mereka penuh dosa? Tanpa aturan dan berbuat semaunya? Atau justru sebaliknya? So, inilah 25 fakta unik Islandia sebagai negara paling atheis di dunia 1. Islandia didirikan oleh bangsa Viking (bangsa Skandinavia) dan yang menjadi penghuni pertama Islandia pada tahun 870. 2. Orang Islandia sangat toleran. Di Reykjavik rutin diadakan parade gay. Sejak tahun 2010 pernikahan homoseksual diperbolehk